Lalu Benarkah Supermoon Dapat Menyebabkan Terjadinya Bencana Alam?
Supermoon
kadang dihubung-hubungkan dengan bencana alam, seperti
gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain. Itu karena waktu terjadinya
supermoon hampir selalu berdekatan dengan terjadinya suatu bencana
alam tertentu.
Para astrologer (sekali lagi, bukan astronomer), menyatakan bahwa saat terjadi supermoon, maka akan terjadi bencana. Richard
Nolle berpendapat bahwa dalam waktu ± 3 hari dari supermoon, resiko
terjadinya bencana alam seperti gempa bumi dan aktivitas gunung berapi
meningkat karena meningkatnya gaya gravitasi Bulan ke Bumi. Pendapat
Richard Nolle berdasarkan spekulasi bahwa dalam 1 atau 2 minggu dari
supermoon masih menunjukkan hubungan sebab akibat terjadinya bencana
alam tertentu seperti gempa dan tsunami di Tohoku 2011 serta gempa bumi
dan tsunami Samudra Hindia 2004. Namun pendapat tersebut kurang bisa
dibenarkan karena dalam rentang waktu 1 atau 2 minggu dari Supermoon,
Bulan sudah menjauhi titik perigee-nya (titik terdekatnya) sehingga gaya
gravitasi Bulan ke Bumi tidak sebesar saat terjadinya supermoon. Dengan
demikian peristiwa bencana alam tersebut kurang tepat jika dikaitkan
dengan supermoon.
Supermoon tidak cukup kuat
untuk mempengaruhi
permukaan tanah ataupun gunung berapi di Bumi, pengaruh dari fenomena
bulan super ini di bumi hanyalah naiknya permukaan laut sekitar beberapa
inci di beberapa daerah.
Pengaruh fenomena supermoon terhadap peningkatan aktivitas seismik
justru terjadi di permukaan bulan sendiri, meskipun efeknya tidak
terlalu besar. Ketika berada dalam keadaan supermoon, bulan mengalami
gempa. Hal ini terdeteksi oleh instrumen seismologi yang ditinggalkan oleh para astronot Apollo 11 di bulan.
Beberapa
penelitianpun telah melaporkan bahwa fenomena supermoon memiliki
hubungan sebab akibat yang lemah dengan terjadinya gempa bumi yang
kecil. Dan juga tidak ditemukan bukti bahwa supermoon mengakibatkan
gempa Bumi yang besar. Gempa bumi dan tsunami Tohoku pada tahun 2011
adalah satu-satunya gempa bumi yang terjadi 2 minggu setelah terjadinya
supermoon. Jika memang fenomena supermoon mempunyai hubungan
sebab-akibat dengan terjadinya gempa bumi, seharusnya pada tanggal 4
Januari 1912 terjadi gempa bumi yang lebih dahsyat dari gempa bumi di
Tohoku, karena jarak perigee Bulan pada tanggal 4 Januari 1912 lebih
dekat daripada jarak perigee Bulan pada tahun 2011, yaitu 356.375 km.
Namun kenyataannya pada bulan Januari 1912 tidak terjadi gempa bumi yang
sangat dahsyat. Sehingga klaim yang mengatakan bahwa supermoon
mempunyai sebab langsung terhadap gempa bumi tidak dibenarkan.
Beberapa
bencana besar memang pernah terjadi pada saat lunar perigree, seperti
hurikan di New England, AS, pada 1938 atau banjir Hunter Valley,
Australia pada 1955. Hurikan Katrina pada 2005 juga terjadi pada saat
posisi Bulan dekat dengan Bumi. Namun, Astronom David Reneke membantah kalau kejadian-kejadian tersebut dipicu oleh posisi Bulan :
"Semua kejadian bisa saja dihubung-hubungkan dengan posisi benda-benda langit... komet, planet, matahari," katanya.
Jadi, saat Supermoon terjadi, matahari, bumi, dan bulan sejajar (meskipun tidak berada dalam keadaan sejajar sejati).
Posisi itu
mampu menimbulkan gravitasi yang besar sehingga menyebabkan pasang surut
air laut menjadi naik dan turun. Tinggi pasang air laut ketika terjadi
Supermoon pun diperkirakan hanya akan mencapai beberapa inci saja dari
ketinggian pasang saat bulan normal.
Sampai saat ini para ilmuwan
belum menemukan hubungan langsung antara terjadi Supermoon dan bencana
alam di Bumi.