Seekor monyet mencetak sejarah pada 28 Januari lalu, ketika ia
dilaporkan terbang ke ruang angkasa dalam sebuah misi yang dilakukan
Iran. Monyet itu menambah panjang daftar hewan yang dikirim ke luar
angkasa.
Manusia telah terbukti dapat bertahan hidup dalam
perjalanan ke luar angkasa. Tetapi mengapa masih ada beberapa negara
yang mengirim monyet dan makhluk hidup lainnya ke ruang angkasa hingga
saat ini?
Dalam kasus Iran tadi, pengiriman monyet ke luar
angkasa "lebih merupakan sebuah pertunjukan," kata Kenneth Halberg,
seorang peneliti di University of Copenhagen yang meneliti kemampuan
serangga air dalam bertahan hidup di kondisi seperti luar angkasa.
"Tidak ada ilmu baru yang didapat dari pengiriman monyet ke ruang
angkasa."
Namun mengirimkan hewan lainnya ke ruang angkasa dapat
memberikan pelajaran ilmiah yang berharga dalam perjalanan antarplanet
dan rumah kaca ruang angkasa, katanya.
Pada awal perlombaan ruang
angkasa, beberapa negara mengirim simpanse, anjing dan kelinci ke ruang
angkasa sebagai hewan percobaan. Para peneliti yakin, bila hewan mampu
bertahan di kondisi tanpa bobot, kecepatan ekstrem dan akselerasi yang
sangat cepat, maka manusia pasti juga mampu melakukan hal yang sama.
Tapi
sejak saat itu, lebih dari 500 orang telah melakukan perjalanan ke
ruang angkasa, dan wisata ke ruang angkasa juga semakin lazim. Sehingga,
pengujian bertahan hidup perjalanan ruang angkasa dalam jangka pendek
bagi manusia bukanlah masalah penelitian ilmiah yang mendesak, ujar
Halberg.
Tentu saja, tidak semua eksperimen ruang angkasa yang
menggunakan hewan percobaan memiliki nilai ilmiah yang mendasar, kata
Nathaniel Szewczyk, seorang ahli biologi di University of Nottingham
yang telah mempelajari 24 generasi nematoda di ruang angkasa.
"Sering
kali agak sulit untuk melihat nilainya. Anda sering melihat siswa SMA
yang melakukan eksperimen dan mereka dimintai biaya untuk sains," kata
Szewczyk. Dan dengan harga tertentu, sebuah perusahaan yang berbasis di
Texas bernama NanoRacks akan mengirimkan proyek para peneliti ke Stasiun
Luar Angkasa Internasional, kata Szewczyk.
Perjalanan antarplanetSebaliknya,
hewan percobaan di ruang angkasa dapat memberikan pandangan terhadap
bahaya perjalanan panjang, seperti antarplanet atau perjalanan
antarbintang untuk kolonisasi makhluk luar angkasa.
Bintang
terdekat, misalnya, berjarak 4 tahun cahaya, dan diperlukan waktu empat
tahun untuk melakukan perjalanan ke Mars untuk mendirikan koloni, kata
Halberg. Satu tahun cahaya adalah jarak tempuh cahaya saat melakukan
perjalanan dalam satu tahun, atau sekitar 10 triliun kilometer.
"Saat
ini hal tersebut masih terasa seperti impian fiksi ilmiah, tetapi kita
perlu memahami bagaimana organisme merespons kondisi ruang angkasa,"
kata Halberg kepada LiveScience.
Saat itu, sebuah kapsul ruang
angkasa tidak bisa secara penuh melindungi kehidupan dari hantaman
radiasi kosmik, tekanan udara nol dan suhu dingin. Eksperimen yang
berbasis Bumi tidak dapat menyimulasikan semua kondisi tersebut,
terutama radiasi partikel berat, katanya.
"Ini bisa berpotensi
menjadi pembunuh terbesar, karena partikel-partikel tersebut memiliki
begitu banyak energi yang dapat merusak molekul DNA," katanya.
Untuk
itu, Halberg mempelajari cara serangga air bertahan dalam kondisi ruang
angkasa. Serangga air mengalami dehidrasi dan hibernasi ekstrem dengan
nol metabolisme, katanya, sehingga mampu menahan radiasi, kekeringan dan
suhu dingin di ruang angkasa.
Gen yang samaPercobaan
pada hewan juga dapat mengungkapkan bagaimana perubahan di seluruh
rentang kehidupan dapat diejawantahkan ke spesies lain, mulai dari
cacing tanah hingga manusia, kata Szewczyk.
Sebagai contoh,
nematoda dan manusia menunjukkan perubahan serupa dalam ekspresi gen
yang mengatur gula darah, ujar Szewczyk. Tapi karena mereka lebih kecil
dan bereproduksi dengan cepat, para ilmuwan dapat mempelajari banyak hal
dari mereka di seluruh rentang masa hidup mereka sepenuhnya, yang tidak
bisa dilakukan pada manusia.
Rumah kaca luar angkasaSetelah
manusia sampai ke planet lain, kita harus menemukan cara untuk tetap
hidup. Mengirim rumah kaca yang penuh buah-buahan, sayuran dan serangga
penyerbuk mungkin salah satu cara bagi manusia untuk tetap bisa makan di
Mars.
Tapi penyerbuk, misalnya, bisa mengalami kesulitan dalam
tugasnya di kondisi tekanan nol atau lingkungan tanpa bobot. Juga,
buah-buahan dan sayuran mungkin tidak akan memiliki siklus hidup yang
sama di ruang angkasa, kata Halberg.
"Semua organisme di Bumi
telah beradaptasi dengan tarikan gravitasi, jadi jika kita mengubah itu,
bagaimana organisme meresponsnya?"
Sumber
Sunday 3 February 2013
Mengapa Kita Masih Mengirim Hewan ke Luar Angkasa?
Mengapa Kita Masih Mengirim Hewan ke Luar Angkasa?
2013-02-03T10:35:00+07:00
Unknown
Informasi|